Friday 9 August 2013

FADILAH ASMA'UL HUSNA


Asmaul Husna   adalah nama-nama indah yang dimiliki  oleh Allah swt. Asmaul Husna merupakan cerminan dari perilaku Allah SWT terhadap umatnya. Karena itu bila nama-nama itu kita sebut sebagai suatu pemohonan, maka akan mempunyai pengaruh yang sangat besar, semoga Allah swt mewujudkan keinginan Anda. Dan berhati-hatilah dalam mengamalkan Asmaul Husna, karena Setan akan datang menggoda !!!
Berikut keutamaan Asmaul Husna Husna pada tiap-tiap nama dan cara mengamalkannya:
1. ALLOOHU
Artinya :
lafadh ini disebut “LAFDHUL JALALAH”, suatu nama dari ismudz Dzat yang mencerminkan arti pengertian dari seluruh nama-namaNya yang indah itu. 
Keutamaannya :
a. Bisa mendatangkan hajat
b. Bisa menghindarkan segala musibah
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ALLAH” sebanyak 400 kali, sebagai amalan rutin pada tiap selesai sholat Tahajud atau sholat hajat, maka apapun yang menjadi keinginannya akan segera terlaksana. Selain itu juga bisa menjauhkan dari segala macam musibah.
2. AR ROHMAANU
Artinya :
Dzat yang maha pengasih terhadap semua makhluk yang ada di dunia ini tanpa terkecuali, baik kepada yang taat ataupun yang ingkar kepadaNya sekalipun. Semua itu akan dikasihani dan dicukupi kebutuhannya.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa menghilangkan sifat gugup dan lupa
b. Bisa memberikan ketenangan hati
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROHMAANU” sebanyak 400 kali berturut-turut setelah sholat fardlu, baginya akan dijauhkan dari kegundahan hati dan dijauhkan pula sifat gugup serta lupa.
3. AR ROHIIMU
Artinya :
Dzat yang maha penyayang terhadap hambaNya yang beriman besok di hari kiamat. Jadi kepenyayanganNya ini dikhususkan kepada semua hambaNya yang taat sewaktu berada di hari kiamat nanti.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa menundukkan musuh
b. Bisa menaruh simpati pada semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROHIIMU” sebanyak 100 kali berturut-turut setiap selesai shot shubuh dan maghrib, maka semua orang akan menaruh simpati kepadanya dan bahkan bisa menaruh hati dan membuat musuh kita menjadi tunduk.
4. AL MALIKU
Artinya :
Dzat yang maha menguasai terhadap semua makhlukNya, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang terlepas dari kekuasaanNya. Begitupun daerah yang ada didalam kekuasaanNya juga tidak terbatas, seperti halnya dengan daerah kekuasaan raja-raja yang ada di dunia ini.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa mendatangkan keberuntungan
b. Bisa memudahkan segala usaha
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MALIKA” sebanyak 80 kali berturut-turut setiap pagi dan sore, maka Allah akan mendatangkan keberuntungan dan kemudahan segala usaha.
5. AL QUDDUUSU
Artinya :
Dzat yang maha Quddus (suci) dari segala sifat, yang disifatkan oleh orang-orang kafir musyrik kepadaNya. Sebab sifatNya tidak sama dengan sifat ciptaanNya.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa disegani oleh orang banyak
b. Bisa menjauhkan dari segala macam penyakit hati
Cara mengamalkan Asmaul Husna : Barang siapa membaca “YAA QUDDUUSU” sebanyak 80 kali berturut-turut sehabis sholat Dhuhur, maka Allah akan menjamin baginya dijauhkan dari segala macam penyakit batin dan akan disegani oleh banyak orang.
6. AS SALAAMU
Artinya :
Dzat yang menjamin keselamatan terhadap seluruh alam semesta. Jadi makhluk manapun akan dijamin keselamatannya oleh Allah SWT dan tidak ada satupun yang dapat mengusiknya.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa mendatangkan kebahagiaan hidup
b. Bisa menjaga dari segala gangguan penyakit
Cara mengamalkan  Asmaul Husna : Barang siapa membaca “YAA SALAAMU” sebanyak 99 kali berturut-turut, maka Allah akan mendatangkan kebahagiaan hidup dan menjaga dari segala macam gengguan penyakit.
7. AL MUKMINU
Artinya :
Dzat yang Maha mengamankan kepada semua makhluknya, sehingga tidak satupun makhluk yang bisa mengganggu makhluk yang dalam keamanan Allah.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa memelihara harta kekayaan
b. Bisa menjauhkan segala macam musibah
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MUKMINU” sebanyak 33 kali berturut-turut setelah sholat fardlu, maka Allah akan menjamin terpeliharanya harta kekayaan yang telah dimilikinya. Selain itu Allah juga akan menjauhkan dari segala macam musibah.
8. AL MUHAIMINU
Artinya :
Dzat yang maha memelihara semua makhlukNya dangan sangat cermat dan teliti, sehingga tak ada satupun yang tak terpelihara Allah.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa menjauhkan dari segala macam keruwetan
b. Bisa menerima persoalan dengan lapang dada
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barag siapa membaca “YAA MUHAIMIN” sebanyak 100 kali berturut-turut sehabis sholat Isya, maka Allah akan menjauhkan dari segala macam keruwetan hidup dan lapang dada dalam menyelesaikan segala macam persoalan.
9. AL ‘AZIIZU
Artinya :
Dzat yang maha perkasa, yang keperkasaanNya tiada bandingnya, sehingga tiada kesulitan didalam menghancurkan alam semesta ini.
Keutamaannya :
a. Bisa menjauhkan dari segala macam kesulitan hidup
b. Bisa disegani oleh semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ‘AZIIZU” sebanyak 33 kali berturut-turut setiap pagi dan sore, maka Allah akan menjamin dijauhkan dari segala macam kesulitan hidup dan akan disegani oleh banyak orang.
10. AL JABBAARU
Artinya :
Dzat yang maha memaksa, yaitu Allah dapat memaksakan kehendaknya terhadap semua makhlukNya meskipun ia merasa enggan dipaksakan.
Keutamaannya :
a. Bisa menundukkan musuh
b. Bisa menguasai segala macam ilmu
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA JABBARU” sebanyak 400 kali berturut-turut setiap pagi, maka baginya akan diberikan kewibawaan oleh Allah sehingga orang yang dahulunya memusuhi akan berbalik menjadi sahabat yang baik dan diberi oleh Allah akal fikiran yang bisa menguasai segala macam ilmu.
11. AL MUTAKABBIRU
Artinya :
Dzat yang maha sombong, yaitu hanya Allah saja yang mempunyai hak sombong sebagai pencipta, bukan makhluk lainNya, dalam hadits qudsi juga dijelaskan, bahwa sifat sombong itu adalah merupakan pakaian Allah, bukan pakaian makhluk. Jadi apabila ada makhluk yang mempunyai sifat sombong berarti telah merampas pakaian Allah, yang berarti akan memperoleh kutukan dari Allah SWT.
Keutamaannya :
a. Bisa mendapat kewibawaan
b. Bisa menundukkan musuh
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MUTAKABBIRU” sebanyak 90 kali berturut-turut sebagai amalan setiap hari, maka Allah akan memberikan kewibawaan dihadapan semua orang dan bisa menundukkan musuh.
12. AL KHOOLIQU
Artinya :
Dzat yang maha pencipta, yaitu semua yang selainNya adalah merupakan ciptaanNya. Jadi tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang bukan ciptaanNya.
Keutamaannya :
a. Fikiran bisa cerdas
b. Bisa memiliki ketrampilan dalam segala hal
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA KHOOLIQU” sebanyak-banyaknya setiap hari sebagai amalan rutin, maka Allah akan memberi akal yang cerdas dan ketrampilan dalam segala hal.
13. AL BAARI-U
Artinya :
Dzat yang maha merencanakan, yaitu pelaksana dalam segala kejadianyang sudah direncanakan sebelumnya.
Keutamaannya :
a. Bisa menjauhkan segala macam kesulitan hidup
b. Bisa terjauh dari segala macam penyakit
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA BAARI-U” sebanyak 80 kali selama 7 hari berturut-turut, maka Allah akan menjauhkan dari segala macam kesulitan hidup dan dijauhkan dari segala macam penyakit.
14. AL MUSHOWWIRU
Artinya :
Dzat yang maha membentuk, yaitu membentuk segala macam rupa makhlukNya, sejak dari yang paling cantik/ tanpan sampai dengan yang kurang sempurna, dari yang besar sampai kepada yang sekecil-kecilnya dan sebaliknya.
Keutamaannya :
a. Bisa dikaruniai keturunan
b. Bisa dimudahkan segala macam kepentingannya
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MUSHOWWIRU” sebanyak 33 kali selama 7 hari berturut dan berpuasa selama 7 hari berturut-turut pula, maka jika ia menginginkan keturunan pasti akan terlaksana dan segala macam kepentingan akan diberi jalan yang mudah.
15. AL GHOFFARU
Artinya :
Dzat yang maha memberi ampun, yaitu memberikan ampunan kepada hamba-hambaNya yang banyak dosanya, tetapi dengan satu syarat yaitu tidak boleh diulangi.
Keutamaannya :
a. Bisa terhapus dosa-dosanya
b. Bisa menjauhkan dari kesulitan hidup
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA GHOFFARU” sebanyak 100 kali berturut-turut setiap hari setelah sholat fardhu, terutama dibaca pada pertengahan malam setelah sholat Taubat, maka Allah akan mengampuni segala dosa-dosanya dan dijauhkan dari segala kesulitan.
16. AL QOHHAARU
Artinya :
Dzat yang maha memaksa, yaitu memaksakan kehendakNya terhadap makhlukNya tanpa terkecuali dan tidak bisa lagi dihalang-halangi oleh siapapun.
Keutamaannya :
a. Bisa menjauhkan dari sifat rakus
b. Bisa disegani oleh semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA QOHHAARU” sebanyak 100 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setelah sholat fardhu, maka baginya akan dijauhkan dari sifat rakus dan akan disegani oleh banyak orang.
17. AL WAHHAABU
Artinya :
Dzat yang maha memberi, yaitu memberikan segalanya terhadap kebutuhan makhlukNya, tanpa diminta sebelumnya Allah sudah menyediakannya.
Keutamaannya :
a. Bisa menjauhkan kesempitan rejeki
b. Bisa mendatangkan kemudahan
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA WAHHAABU” sebanyak 23 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setiap selesai sholat fardhu atau setelah sholat hajat 2 raka’at sebanyak 800 kali, maka baginya akan dijauhkan dari kesempitan rejeki dan diberikan kemudahan dalam segala urusan.
18. AR ROZZAAQU
Artinya :
Dzat yang maha memberi rejeki, yaitu memberikan rejeki kepada semua makhlukNya untuk kebutuhan hidupnya. Dan Dia pula yang menentukan banyak dan sedikitnya rejeki yang akan diberikan kepada hamba-hambaNya.
Keutamaannya :
a. Bisa memudahkan jalan rejeki
b. Bisa memberikan keberuntungan
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROZZAAQU” sebanyak-banyaknya setiap hari setelah sholat fardhu, maka ia akan dijauhkan dari kesempitan rejeki dan usahanya selalu mendapat keuntungan yang berlimpah-limpah.
19. AL FATTAAHU
Artinya :
Dzat yang maha membuka, yaitu memberikan rahmatNya untuk keperluan semua makhlukNya. Termasuk juga membukakan kesulitan yang dialami hamba-hambaNya untuk menuju kemudahan.
Keutamaannya :
a. Bisa memberikan ketenangan hati
b. Bisa menjauhkan kesenangan dunia
Cara mengamalkan  Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA FATTAAHU” sebanyak 99 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setelah sholat shubuh, setelah itu telapak kedua tangan diletakkan di dada, maka segala keruwetan di hati akan segera hilang dan dijauhkan dari kesenagan dunia yang bisa menimbulkann kerakusan serta kesesatan.
20. AL ‘ALIIMU
Artinya :
Dzat yang maha mengetahui, yaitu mengetahui segalanya dari semua kejadian dan peristiwa di alam semesta ini, tanpa ada satupun tertinggal dari pengetahuan Allah SWT.
Keutamaannya :
a. Bisa mengetahui kesempurnaan ilmu ma’rifat
b. Bisa menjauhkan dari sifat kebodohan
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ‘ALIIMU” sebanyak 100 kali berturut-turut sebagai amalan rutin setelah sholat fardhu, maka baginya akan diberi pengetahuan yang bisa mengetahui ilmu ma’rifat dengan sempurna dan dijauhkan dari sifat kebodohan.
Berhati-hatilah dalam mengamalkannya, karena Setan akan datang menggoda !!!

Thursday 1 August 2013

SEJARAH PENDIDIKAN & PENGAJARAN DI INDONESIA

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dikelola oleh umat Islam dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada peserta didiknya. Terdapat 3 macam sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang berkembang di Indonesia pada saat sekarang ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan di Langgar/Surau
Hampir di setiap desa di pulau Jawa terdapat tempat peribadatan bagi warga muslim. Tempat tersebut dikelola oleh seorang petugas yang disebut amil, modin, atau lebai (di Sumatera). Petugas tersebut berfungsi ganda. Disamping memberikan doa pada waktu ada upacara keluarga desa, ia juga dapat berfungsi sebagai guru agama.

Jenis Pendidikan dan Pengajaran Islam di Indonesia-Surau

Pelajaran agama yang diberikan di langgar atau surau adalah pelajaran dasar. Para anak didik mulai mempelajari abjad dalam huruf Arab atau kadang-kadang langsung menirukan guru yang membacakan surat dalam Kitab Al-Qur'an. Tujuan pendidikan dan pengajaran ini adalah agar anak didik mampu membaca isi Al-Qur'an dengan baik. Juga diharapkan mereka dapat melagukan bacaan Al-Qur'an menurut irama tertentu.

Pelajaran biasanya dilakukan pada pagi atau petang hari selama sekitar satu sampai dua jam. Pelajaran dapat diselesaikan selama beberapa bulan tetapi umumnya sekitar satu tahun. Setelah murid menyelesaikan pelajaran membaca Al-Qur'an, diadakan selamatan dengan mengundang makan teman-temannya atau kerabat dekat dirumah guru atau di langgar (surau). Hubungan antara guru dan murid biasanya berlangsung terus, walaupun sang murid kemudian meneruskan pendidikan ke lembaga yang lebih tinggi.

2. Pendidikan Pesantren
Pendidikan pesantren merupakan pengembangan dari pendidikan surau dan langgar. Lembaga ini telah lama dikenal masyarakat Islam di Indonesia. Ketika Belanda menyisihkan umat Islam dari model pendidikan Belanda, lembaga seperti inilah yang menjadi penyangga pendidikan umat Islam.

Jenis Pendidikan dan Pengajaran Islam di Indonesia-Pondok Pesantren

Pondok pesantren pada umumnya berada di daerah pedesaan. Pimpinan pondok pesantren biasa disebut kiai. Ia seringkali menjadi tokoh panutan masyarakat sekitar pondok. Siswa pondok pesantren disebut santri. Para santri belajar pada bilik-bilik terpisah dan belajar sendiri-sendiri. Sebagian besar waktu mereka dipergunakan untuk bekerja, baik untuk membersihkan ruangan, halaman, maupun bercocok tanam. Para santri pada masa itu umumnya telah dewasa dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.

Sistem pendidikan pondok pesantren mengajarkan ilmu agama dan ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan santri, seperti bertani, berladang, dan sebagainya. Hal ini didasari oleh alasan bahwa lulusan pondok pesantren tidak mungkin ditarik untuk menjadi pegawai Belanda. Biasanya tamatan pondok pesantren mendirikan pondok pesantren di daerah asalnya atau langsung terjun ke tengah masyarakat.

Pondok pesantren memiliki hubungan dan komunikasi langsung dengan masyarakat. Hal ini misalnya terlihat dari biaya pendidikan yang umumnya berasal dari masyarakat, berupa infak, zakat, atau sedekah. Hubungan antara santri dengan ustad tetap terjaga harmonis memskipun santri telah menamatkan pendidikannya. Sejarah mencatat bahwa selama Masa Penjajahan Belanda maupun Masa Penjajahan Jepang, pondok pesantren tidak pernah berhenti menjalankan fungsinya mencerdaskan bangsa walaupun dengan kondisi yang serba terbatas.

3. Pendidikan Madrasah
Sistem pendidikan madrasah pertama kali didirikan dan dipelopori oleh Nizam El-Mulk seorang menteri dari dunia Arab pada abad ke-11 M. ia mengadakan pembaharuan dengan memperkenalkan sistem pendidikan yang semula bersifat murni teologi (ilmu ketuhanan) dan menambahkan ilmu-ilmu yang bersifat keduniawian, seperti astronomi (ilmu perbintangan) dan ilmu obat-obatan. Dalam perkembangannya, sistem pendidikan madrasah ini ada yang sejajar dengan pendidikan dasar dan menengah.

Jenis Pendidikan dan Pengajaran Islam di Indonesia-Madrasah

Kalau pada sistem pendidikan pondok pesantren tidak terdapat standar antara satu dengan yang lain, maka pada sistem pendidikan madrasah diperkenalkan pembagian menurut kemampuan dan prestasi murid, kelompok umur, dan metode klasikal. Artinya seorang guru mengajar di hadapan banyak murid dalam satu kelas. Sistem dan metode ini sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem Barat yang digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda dalam sekolah-sekolahnya.

Dalam jangka waktu tertentu diadakan evaluasi terhadap para siswa mengenai prestasi belajarnya. Selain itu diperkenalkan pula sistem ujian untuk menentukan seorang siswa bisa naik kelas atau tidak. Tanda kelulusan dijadikan sebagai dasar penyelesaian suatu jenjang pendidikan tertentu untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.

Di Indonesia, lembaga pendidikan madrasah berkembang di seluruh pelosok tanah air. Meskipun sebagian ada yang dipengaruhi oleh madrasah Darul Ulum dan Sahaulatyah di Mekkah, namun sistem pendidikan Barat zaman kolonial seperti HIS, MULO, dan AMS turut mempengaruhinya. Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama Islam, mata pelajaran umum lainnya juga dipelajari.

Dalam kegiatan belajar mengajar, mula-mula bahasa pengantar yang dipergunakan adalah bahasa daerah, kemudian berkembang menjadi bahasa Melayu, dan akhirnya bahasa Indonesia. Madrasah yang setingkat dengan sekolah dasar disebut Ibtidaiyah, yang setingkat dengan SMP disebut Tsanawiyah, dan yang setingkat dengan SMA disebut Aliyah. 

SEJARAH MOS DI INDONESIA

Ngomongin masalah MOS tentunya kita akan kembali mengenang masa-masa saat kita berstatus sebagai siswa/siswi baru di sebuah sekolah. Kegiatan MOS dilaksanakan untuk mengenal lebih jauh keadaan di lingkungan sekolah tersebut. Kegiatan MOS lazim kita jumpai baik di SMP, SMA, bahkan juga perguruan tinggi yang lebih dikenal dengan nama OSPEK.

Sejarah Masa Orientasi Siswa (MOS)

Masa-masa MOS juga kerap kali menjadi “mimpi buruk” bagi murid baru itu sendiri, karena tidak jarang siswa/siswi baru tersebut dimanfaatkan oleh kakak kelas atau seniornya untuk mengerjai atau memelonco si adik kelasnya itu. 

Dan ternyata setelah ditelusuri, MOS itu sudah ada lo sejak zaman dulu. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini Kumpulan Sejarah akan berbagi informasi menarik mengenai Sejarah Masa Orientasi Siswa (MOS) kepada Sobat semua. Berikut ini informasi selengkapnya.

Sejarah MOS

Sebenarnya jika ditelusuri, Sejarah MOS/Ospek ini sudah ada sejak Zaman Kolonial dulu, tepatnya di STOVIA atau Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (1898-1927). Pada masa itu, mereka yang baru masuk harus menjadi “anak buah” si kakak kelas itu seperti membersihkan ruangan senior. Dan hal itu berlanjut pada masa Geneeskundinge Hooge School (GHS) atau Sekolah Tinggi Kedokteran (1927-1942) (STOVIA dan GHS sekarang menjadi FKUI Salemba), pada masa GHS ini kegiatan itu menjadi lebih formal meskipun masih bersifat sukarela. Istilah yang digunakan pada saat itu adalah ontgroening atau “membuat tidak hijau lagi”, jadi proses ini dimaksudkan untuk mendewasakan si anak baru itu.

Ketika sudah merdeka pun, proses ini masih dilanjutkan bahkan sampai sekarang. Setelah era 50-an, kegiatan ini dibuat lebih “wajib”. Bahkan malah terkesan semakin tidak mendidik dan hanya menjadi ajang kepuasan si kakak kelas. Yang biasanya menjadi bagian “pemlonco” seringkali orang-orang yang kurang kerjaan, jadi semakin membuat kesan tidak mendidik. Bentuk “perkenalannya” pun lebih ke bentuk yang kurang mendidik dan hanya untuk lucu-lucuan seperti si anak baru harus menggunakan aksesoris yang terlihat “lucu”, menggunduli rambut, memakai dandanan yang aneh-aneh, dsb. Dan kegiatannya pun biasanya seenak jidat si senior, seperti membawa barang-barang aneh, dll. Dan penuh kegiatan fisik pastinya.

Dan anehnya, walaupun banyak ditentang semenjak era 60-an. Kegiatan seperti ini seakan tidak ada matinya, malah dalam perkembangannya kegiatan seperti ini malah ditiru oleh SMP dan SMA. Dengan dalih “adaptasi dan peralihan masa”, kegiatan inipun dicontoh oleh satuan pendidikan dibawahnya. Walau tidak sesadis di Universitas, tetap saja terkesan tidak mendidik dan kurang bermanfaat, khususnya pada MOS di sekolah negeri.

Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan dari masyarakat kebanyakan. Kegiatan inipun semakin lama semakin “ringan” dan “mendidik”. Ditambah dengan semakin terlibatnya pihak sekolah/kampus yang menyebabkan semakin “terdidik” juga pelaksananya juga. Sewaktu saya melaksanakan MOS pun, isinya sudah lebih banyak pendidikannya dan semakin kecil unsur ploncoannya (Tapi saya Swasta sih), Dibandingkan dengan cerita saudara-saudara saya yang mengalami MOS di 90an awal, 90an akhir, dan 2000an awal. Dan bahkan di beberapa Universitas, kegiatan seperti itu sudah dihapuskan seperti di kampus .
Nah, sekianlah informasi mengenai Sejarah dari adanya Masa Orientasi Siswa (MOS) yang dapat Kumpulan Sejarah berikan untuk Sobat semua. Mudah-mudahan artikel diatas dapat menambah wawasan Sobat semua.

SEJARAH PENYEBARAN KRISTEN DI INDONESIA

Penyebaran Kristen di Indonesia merupakan bagian dari kegiatan penyebaran Kristen ke seluruh dunia. Penyebaran itu giat dilakukan semasa penjelajahan samudera. Tokoh penyebaran adalah kalangan rohaniwan.

Sejarah Penyebaran Kristen di Indonesia

Penyebaran Kristen ke Indonesia dapat dibedakan menjadi penyebaran Katolik dan Protestan. Penyebaran Kristen Katolik dirintis oleh rohaniwan (pastor dan biarawan), sedangkan penyebaran Kristen Protestan dirintis oleh para pendeta atau pengabar Injil. Namun baik katolik maupun Protestan penyebaran Kristen ke Indonesia dilakukan seiring kedatangan bangsa Eropa.

Penyebaran Kristen di Indonesia di rintis oleh pekampungan Kristen di Sumatera Utara dan dua rohaniwan Fransiskan dari Italia.
a. Pada abad ke-7 M,sudah ada perkampungan Kristen di Fansur,dekat Baros, Sumatera Utara. adanya umat Kristen di situ termuat dalam catatan sejahrawan mesir, Sheik Abu Salih Al-Armini. Namun pada abad abad berikutnya, perkampungan tidak diketahui kabar beritanya. 
b. Pada tahun 1321 rohaniwan fransiskan bernama Odorico de Pordone singgah ke Sumatera ,Kalimantan dan Jawa. Ia berkunjung ke Indonesia dalam rangka kepergian ke Cina dari Eropa. Menurut catatannya, ia sempat mengunjungi istana Majapahit di Jawa timur dan Bandar lamuri di Aceh.
c. Pada tahun 1347, rohaniwan fransiskan bernama Joao de Marignolli sempat berkunjung ke istana Samudra Pasai. Menurut catatannya , di pasai ia diterima hangat oleh penguasa setempat.
Rintisan tersebut dalam memperlihatkan tumbuhnya pengaruh Kristen di Indonesia. Penyebaran Kristen baru sungguh-sungguh saat kedatangan portugis 

Masa Kekuasaan Portugis 
Masa kekuasaan Portugis ditandai oleh penyebaran Kristen Katolik di Indonesia.
  • Pada awal abad ke-15 M, penyebaran Kristen mulai di Maluku. Perintisnya adalah seorang saudagar Portugis , Gonsalo veloso, dan seorang rohaniwan Fransiskan, Simon Vaz,upaya mereka dilanjutkan oleh rohaniwan Dominikan dan Jesuit. Khusus rohaniwan Dominikan mereka berperan menyebarkan Kristen di Flores,Solor, dan Timor.
  • Tokoh penyebar Kristen termashur di Maluku adalah Fransiskus Xaverius . Rohaniwan Jesuit ini datang ke Maluku dari Malaka pada tahun 1546 Di bawah bimbingannya, tumbuh umat Kristen di Ambon,Ternate, dan Morotai.
  • Pada akhir abad ke-16 M, rohaniwan Jesuit berhasil membina tumbuhnya umat Kristen di Manado,Sangir, dan talaud.

Masa Kekuasaan Belanda
Penyebaran Kristen semasa Kekuasaan Belanda ditandai oleh kondisi berikut:
  • Selama VOC berkuasa, kegiatan penyebaran Kristen Katolik berhenti seiring tersingkirnya kedudukan Portugis di sejumlah tempat di Indonesia VOC lebih memprioritaskan penyebaran Kristen Protestan.
  • Setelah VOC bubar, suasana Liberal berpengaruh ke Indonesia. Penyebaran Kristen, baik Katolik maupun Protestan, berdampingan satu sama lain. Penyebaran katolik dilakukan oleh lembaga yang disebut Misi, sedangkan penyebaran Protestan dilakukan oleh lembaga yang disebut Zending.
  • Pada tahun 1814, tiga orang penginjil dari Belanda dating ke Maluku. Mereka ini dikirim oleh Nederlandsch Zendelings Genootschap (NZG) suatu perkumpulan Protestan yang khusus didirikan untuk usaha usaha penyebaran agama. Kegiatan mereka ditujukan terutama pada pendidikan anak-anak pribumi.

sejarah peranan sumpah pemuda

Sejak Budi Utomo berdiri, bangsa Indonesia memulai babak baru perjuangan tanpa mengangkat senjata. Berbagai organisasi pergerakan nasional bermunculan. Mereka berusaha memperjuangkan kepentingan tanah air dan bangsa.

Peranan Sumpah Pemuda Dalam Mempersatukan Indonesia

Dua puluh tahun setelah berdirinya Budi Utomo, berbagai organisasi dan perhimpunan pemuda berhasil mencapai kesepakatan dalam perjuangannya. Mereka berusaha memperjuangkan negara Indonesia yang merdeka dengan didasari kesatuan dan persatuan. Mereka berikrar menjunjung persatuan bangsa Indonesia.

Kelahiran Sumpah Pemuda menjadi senjata yang ampuh dalam mendobrak belenggu penjajah. Bangsa Indonesia telah memiliki semangat kesatuan dan persatuan. Pergerakan nasional dan Sumpah Pemuda merupakan rangkaian panjang perjuangan bangsa dalam menuju negara Indonesia yang merdeka.

Kemerdekaan Indonesia diraih berkat adanya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu jiwa serta semangat persatuan dan kesatuan harus dijaga untuk digunakan dalam mengisi kemerdekaan. Persatuan dan kesatuan bangsa harus terus dibina. Jika persatuan dan kesatuan banga pecah maka runtuhlah negara Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pendiri bangsa. Peranan Sumpah Pemuda yang terpenting dalam mempersatukan bangsa adalah sebagai berikut.

1. Memberi Kesadaran akan Pentingnya Nasionalisme Indonesia
Dalam persidangan, para pemuda berusaha membangkitkan nasionalisme peserta sidang dengan memasang simbol. Simbol-simbol tersebut untuk mengingatkan perlunya persatuan. Warna merah dan putih, yang merupakan warna bendera, digunakan untuk hiasan ruang sidang. Pada lagu "Indonesia Raya" kata "merdeka" diganti sementara dengan kata "mulia". Belanda melarang lagu "Indonesia Raya" dinyanyikan bila ada kata "merdeka"

2. Menjadi Pendorong Pergerakan Nasional
Sumpah Pemuda telah memberi semangat kebangsaan bagi bangsa Indonesia. Berbagai pergerakan nasional mulai tumbuh. Diantaranya adalah Muhammadiyah, Parindra (Partai Indonesia Raya), PSII (Partai Sarikat Islam Indonesia), Perserikatan Perkumpulan Istri Indonesia, Kongres Wanita I (22-12-1928) di Yogyakarta, dan Kongres Wanita II di Bandung. Tanggal 22 Desember kemudian ditetapkan sebagai hari Ibu.

3. Menumbuhkan Persatuan Bangsa
Sumpah Pemuda mampu menjadi pendorong tumbuhnya persatuan bangsa. Sumpah Pemuda mendorong penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bahasa Indonesia digunakan oleh semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Antar suku bangsa yang berbeda bahasa dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan telah tumbuh dan berkembang dengan pesat pada masa kemerdekaan ini.

sejarah monumen pancasila sakti

Usaha-usaha untuk menerapkan ideologi komunis di Indonesia tidak pernah berhenti walaupun mendapat tantangan dan rintangan. Para kader PKI melakukan berbagai cara, baik legal maupun illegal untuk mencapai cita-cita mereka yaitu masyarakat Indonesia yang komunis. Cara ilegal dilakukan dengan mengadakan pemberontakan-pemberontakan, teror, pembunuhan-pembunuhan yang menelan banyak korban bangsa sendiri. Cara legalpun dilakukan dengan menguasai Komite Nasional Indonesia (KNI) baik di pusat maupun daerah untuk menguasai Parlemen melalui organisasi politik dan organisasi massa.
Sejarah Berdiri Monumen Pancasila Sakti
Pemberontakan-pemberontakan PKI bertujuan menggantikan Dasar Negara Pancasila dengan Komunis yang bertentangan dengan Pancasila. Pemberontakan pertama dilancarkan pada tanggal 18 September 1948 di Madiun. Setelah gagal dalam pemberontakan pertama, PKI kembali melancarkan pemberontakan kedua pada tanggal. l Oktober 1965 yang dikenal dengan nama Gerakan Tiga Puluh September (G.30.S/PKI).

Sebagai langkah pertama mereka menculik dan kemudian membunuh beberapa orang perwira dan pejabat teras TNI-AD yang dianggap sebagai lawan politik. Dalam waktu yang relative singkat pemberontakan itu berhasil ditumpas oleh ABRI dan rakyat yang Pancasilais. Hal ini membuktikan keampuhan dan Kesaktian Pancasila dalam melawan ideologi yang tidak sesuai dengan Pancasila Dasar Negara. Dari pemberontakan-pemberontakan PKI 1948 dan 1965 itu, maka kita sepakat bahwa komunis merupakan bahaya yang perlu kita waspadai secara terus menerus terutama pada keadaan seperti saat ini. Bertolak dari kewaspadaan itulah kemudian dibangun Monumen pancasila Sakti dan Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) yang menyajikan berbagai kegiatan makar dan pengkhianatan PKI sejak tahun 1945 serta penumpasannya oleh rakvat Indonesia bersama ABRI.

Dengan memvisualisasikan kisah pemberontakan itu, baik berupa relief pada museum maupun dalam bentuk diorama serta melestarikan tempat-tempat yang ada hubungannya dengan pemberontakan, para pengunjung diharapkan dapat mengetahui tragedi yang pernah menimpa bangsa kita yang dilakukan oleh komunis. Dengan Monumen Pancasila Sakti dan Museum pengkhianatan PKI (Komunis) diharapkan kewaspadaan terhadap bahaya komunis lebih meningkat.

Monumen Pancasila Sakti mulai dibangun pada tahun 1967, sedangkan penyelesaian pembangunan dan peresmiannya pada tahun 1g72.Tujuan dan hakekat spirituil pembangunan Monumen pancasilaSakti adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengenang jasa pahlawan yang gugur dalam membela negara, bangsa dan pancasila sampai titik darah penghabisan.
  2. Membina semangat Korsa dikalangan prajurit TNI.
  3. Monumen peringatan bagi perjuangan Nasional.
  4. Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional.
Selain pembangunan monumen pancasila Sakti, maka untuk mencapai tujuan tersebut setiap tanggal 1 Oktober dijadikan dan ditetapkan serta dilaksanakan Upacara Hari Kesaktian Pancasila atau Mengenang Tragedi Nasional akibat Pengkhianatan terhadap pancasila.

Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira militer yang gugur dalam tragedi G30S yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada tanggal 30 September 1965.
Para pahlawan tersebut adalah:
  •     Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani
  •     Letjen. (Anumerta) Mas Tirtodarmo Harjono
  •     Letjen. (Anumerta) Siswondo Parman
  •     Letjen. (Anumerta) Suprapto
  •     Mayjen. (Anumerta) Donald Isaac Pandjaitan
  •     Mayjen. (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo
  •     Aipda (Anumerta) Karel Satsuit Tubun
  •     Kapten CZI (Anumerta) Pierre Tendean
  •     Kolonel Inf. (Anumerta) Sugiono - wafat di Yogyakarta
  •     Brigjen. (Anumerta) Katamso Darmokusumo - wafat di Yogyakarta

sejarah tugu monas jakarta

Kalau anda lagi jalan-jalan atau pergi liburan ke Jakarta, rasanya kurang afdol kalau belum mengunjungi tugu monas yang menjadi salah satu ikon bersejarah yang dimiliki oleh kota Jakarta. Yups, belum lengkap rasanya kalau berada di Jakarta tetapi tidak mengunjungi tugu yang satu ini. Nah kali ini Kumpulan Sejarah akan mencoba mengulik-ulik Sejarah dari Tugu Monas sebagai bekal pengetahuan yang mudah-mudahan dapat menambah wawasan sobat semua.
Sejarah Tugu Monas Jakarta
Tugu Monas Jakarta
Monumen Nasional atau yang lebih dikenal dengan nama Monas ini terletak di lapangan monas tepatnya berlokasi di Jakarta Pusat. Monas mulai dibangun  pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

Monas merupakan salah satu dari monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda. Bentuk Tugu peringatan yang satu ini sangat unik. Monas berbentuk batu obeliks setinggi 132 meter, terbuat dari marmer yang berbentuk lingga yoni simbol kesuburan yang penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.

Di puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang berbentuk nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton, berdiameter 6 m, dan terdiri dari 77 bagian yang disatukan serta dilapisi emas 35 kg. Lidah api atau obor itu melambangkan semangat yang tak pernah padam dalam melawan penjajah.

Di bagian bawah terdapat cawan yang tingginya 17 meter diukur dari lantai dasar dan 8 meter dari lantai museum. Sedangkan ukuran cawan adalah 45×45 meter. Hal ini dimaksudkan sebagai catatan hari kemerdekaan republik Indonesia (17-8-45). Para pengunjung dapat masuk ke tugu puncak monas melalui terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang. Di bawahnya terdapat ruang museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 m, dan dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang.

Museum ini menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Pada keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI. Selain itu, terdapat ruang kemerdekaan yang berbentuk amphitheater yang terletak di dalam cawan tugu Monas. Ruang ini menggambarkan atribut peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Kemerdekaan RI, bendera merah putih dan lambang negara dan pintu gapura yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ada pula replika naskah proklamasi dari emas. Di sini pula diperdengarkan rekaman suara Sukarno saat membaca teks proklamasi.

Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Ada pula atraksi perpaduan laser multiwarna tiga dimensi yang membuat Tugu Monas bisa berubah warna di malam hari. Ada juga atraksi air mancur pesona mas. 

Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur, Minggu atau libur sekolah banyak masyarakat yang berkunjung ke sini.

PEMBANGUNAN

Pembangunan terdiri atas tiga tahap, yaitu :

Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965
 
Dimulai dengan dimulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.

Pembangunan tahap kedua, pada kurun 1966 hingga 1968 
Akibat terjadinya Gerakan 30 September 1965 (G-30-S/PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat tertunda.

Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976
Dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto.Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan nama Medan Merdeka. Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka,Lapangan Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.

sejarah masjid istiqlal

Setelah sebelumnya Kumpulan Sejarah memberikan informasi tentangSejarah Monas, kali iniKumpulan Sejarah akan mengulas mengenai Sejarah Masjid Istiqlal yang menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta. Berikut informasi selengkapnya. Masjid Istiqlal ialah masjid terbesar di Asia Tenggara. Sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang diperoleh republik Indonesia masjid Istiqlal dapat kita artikan Merdeka.
Sejarah Berdiri Masjid Istiqlal Jakarta
Ide Pendirian Masjid

Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat tahun proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama RI dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh  KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana pembangunan masjid.

Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara istilah menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Pembentukan Panitia

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal, meskipun beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang saat itu.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Pebruari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.

Penentuan Lokasi

Terjadi perbedaan pendapat mengenai rencana lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir.H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI) mengusulkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di bawahnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan daerah-daerah di Indonesia bahwa masjid selalu berdekatan dengan kraton.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih hemat karena tidak akan mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di  sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina bekas benteng Belanda.

Sayembara Maket

Dewan Juri sayembara maket Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei 1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi persyaratan lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima) peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
  1. Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi â€Å“KETUHANAN”
  2. Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi â€Å“ISTIGFAR”
  3. Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi â€Å“SALAM”
  4. Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi â€Å“ILHAM”
  5. Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi â€Å“KHATULISTIWA” dan NV. Associatie dengan sandi â€Å“LIMA ARAB”
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta mendapat sertifikat penghargaan.

Pemasangan Tiang Pancang


Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan ummat Islam.


Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.

Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali.

Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Peresmian

Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam.

Konstruksi Bangunan:
  1. Tiang pancang seluruhnya 5.138 tiang, termasuk 180 tiang pada gedung pendahuluan.
  2. Seluruh Bangunan, konstruksi Beton Bertulang.
  3. Lantai dan dinding baik dalam maupun luar seluruhnya terbuat dari Marmer, kecuali lantai teras raksasa.
  4. Plafond  seluruhnya yaitu balkon, borde tangga, jendela, terawang, lisplank, kusen, dan tempat wudlu seluruhnya terbuat dari stainles steel, seberat 377 ton.
  5. Kubah bebrbentuk setengah bola dengan fasilitas:
    • Kerangk polyhendra eks Jerman Barat
    • Konstruksi Beton bertulang garis tengah 45 meter
    • Ditunjang 12 Tiang kolom bergaris tengah 2,5 meter, dihubungkan denga beton ring berukuran 2,45 meter        
    • Dipuncak Kubah dipasang lambang bulan Bintang terbuat dari stainlees steel  tinggi tiang 17 meter,. Bergaris tengah 3 meter, berat seluruhya 2,5 ton.
    • Kubah kecil diatas gedung pendahuluan bergaris tengah 8 meter
    • Menara, letaknya disebelah timur dengan ketinggian 66,66 meter (melambangkan jumlah ayat alquran. Puncak menara dengan ketinggian 30 meter dan berat 28 ton terletak diatas tempat azan.
Bagian Gedung/Bangunan Masjid Istiqlal:
  1.     Gedung Induk/ Utama da Balkon bertingkat lima adalah tempat sholat
  2.     Gedung pendahuluan
  3.     Gedung penghubug
  4.     Teras raksasa di lantai dua, luasnya 19.800 m2.
  5.     Koridor di lantai dua
  6.     Lantai dasar tempat perkantoran, seluas 25.000 m2
  7.     Pintu gerbang masuk areal masjid Istiqlal, terdiri dari;
     -        Sebelah Selatan            : 3 buah

     -        Sebelah Timur              : 1 buah

     -        Sebelah Utara               : 3 buah
Pintu Masuk masjid Istiqlal

Sebelah barat: Pintu Al-malik (Pintu VIP) No 26
Sebelah selatan: Pintu Ar-Rahman (no. 31), Pintu Ar Rozak (no. 14), Pintu Al Ghafar (no.19) 

Tangga masuk gerbang Utama

Jumlah tangga menuju lantai utama sebanyak 11 buah, tiga diantaranya berukuran besar, berfungsi    sebagai tangga utama.
Tiga buah tagga berukuran besar berukuran lebar 15 m
Delapan buah tangga berukuran lebar 3n
Lift khusus penyandang cacat

Bangunan Penunjang Lainnya
Gedung tempat pemotongan hewan Qurban, sebelah Timur masjid seluas 144 m2
Gedung jaga satpam dan Wartel sebelah utara masjid seluas 50 m2.
Pos jaga satpam, disebelah Timur dan Selatan masjid

Sarana dan Prasarana masjid Istiqlal
1. Sarana penunjang kebersihan

-     Tempat wudlu ada 600 kran, dapat melayani 600 jamaah secara bersamaan

-    Kamar mandi dan WC tertutup rapat sebanyak 52 Kamar terdiri atas; Emper Barat dekat menara 12 kamar, Emper Selatan 12 kamar, Emper Timur 28 Kamar

-     Lokasi Urinoir ada dua tempat yang dapat menampung kurang lebih 80 Orang

-     Sumur Artetis ada tiga buah untuk penyediaan air bersih, berkapasitas 600 liter permenit

-  Air Pam untuk penyediaan air bersih, berkapasitas 0,117 m3 permenit atau perbulan berkapasitas5,065 M3.
2. Sarana penerangan

- Sarana penerangan listrik bekerjasama dengan PLN, dilengkapi 1 gardu berkapasitas 1.730 KVA. Untuk menagglangi pemadaman arus listrik dari PLN disediakan 3 buah generator: 2 buah berkekuatan 100 KVA, dan 1 buah berkekuatan 500 KVA.
  1.     Daya yang terpakai rata-rata 151,32 KVA = 151.320 Watt
  2.     AC central 330 unit dengan kapasitas 10.110 KVA
  3.     Lampu TL sebanyak 5.325 Unit = 213 KVA/213.000 Watt
3. Sarana Penunjang Kemanan

-    Metal detektor untuk ceking benda terlarang di dalam badan dan juga barang bawaan.

-    Miror detektor untuk ceking benda terlarang didalam mobil

-  Security door khusus untuk ceking benda terlarang yang mungkin ada pada badan/ pakaian seseorang

-    HT yang digunakan untuk komunikasi petugas satpam.

Daya Tampung Masjid

Untuk shalat berjamaah seluruhnya dapat menampung 200.000 jamaah dengan rincian;

- Gedung Induk/Utama : 61.000 jamaah

- Gedung Pendahuluan  :   8.000 jamaah

- Teras raksasa               : 50.000 jamaah

- Koridor dan tempat ainya   : 81.000 jamaah

Daya tampung pelataran parkir, dapat menampung 800 kendaraan.

Perkantoran, Ruag sidang, Ruang tunggu, Ruang Pelaksana teknis lainnya menempati lantaidasar seluas 25.000 M2.
  1.     Kantor badan pelaksana pengelola Masjid Istiqlal (BPPMI)
  2.     Lembaga kegamaan yang berkantor di masjid istiqlal;
-         Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat

-         Dewan masjid Indonesia (DMI) pusat

-         Dewan penseht pembinaan dan pelestarian perkawinan Pusat (BP4) Pusat

-         Badan komunikasi pemuda remaja masjid Indonesia (BKPRMI)

-         Lembaga pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) tingkat nasional

-         Pusat perpustakan Islam Indonesia (PPII)

-         Terjemah Alquran selama 40 jam

-         Badan pembina Rohani islam (BABINROHIS)

-         Himpunan Seni dan Budaya Islam (HSBI)

-         Ikatan persaudaraan Qori Qoriah hafiz hafizah Indonesia (IPQOH)

-         Kantor tabloid jum’at

-         Badan musyawarah Organisasi Islam wanita Indonesia (BMOIWI)

-         Kantor Sekertariat majelis Ilmuan Muslim Muslimah sedunia Cabang Indonesia
  1.     Ruang sidang dan aula salah satunya berukuran 18 x 24 m
  2.     Ruang tunggu khusus VIP
  3.     Unit pelaksana teknis masjid Istiqlal
-         Perpustakaan masjid Istiqlal

-         Koperasi masjid Istiqlal

-         Pramuka masjid Istiqlal

-         Taman kanak-kanak masji Istiqlal

-         Pengajian

-         Poliklinik Masjid Istiqlal

-         KBIH masjid Istiqlal

Bedug dan Kaligrafi
Bedug masjid Istiqlal terbear di Indonesia, dengan ukuran;

- Garis tengah depan 2 meter

- Garis tengah bgian belakang 1,71 meter

- Panjang 3 meter

- Berat 2.30 ton

- Jenis kayu meranti merah dari Kalimantan Timur

Kaligrafi di ruang utama

- Bagian depan ruang mama, sebelah kanan lafaz jalalah (Allah), di ruang surat Thaha ayat ayat 14, dan sebelah kiri lafaz

- Ditengah-tengah lingkaran kubah lafadz ayat Qursi dan Surat Al-Ikhlas

sejarah masjid demak

Setelah masuknya pengaruh kebudayaan islam ke wilayah nusantara, banyak bermunculan kerajaan islam di wilayah nusantara. Begitu juga di pulau jawa banyak kerajaan–kerajaan islam seperti demak, banten, majapahit, dll. Salah satu kerajaan islam tertua di jawa adalah kerajaan demakyang berada di Demak , Jawa Tengah. Kerajaan demak berdiri pada tahun 1475 di dirikan oleh raden patah . kerajaan demak meninggalkan beberapa peninggalan bersejarah yang masih dapat kita lihat sampai sekarang terutama adalah Masjid Agung Demak.

Sejarah Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, yang berdiri pada tahun 1477 dan di bangun oleh Wali Sembilan atau Wali Songo secara bersama–sama yang mitosnya di bangun hanya pada satu malam. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.

Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.

SEJARAH MASJID DEMAK

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479. Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.

Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan Mataram berdiri, pemberontakan pun juga mewarnai perjalanan sejarah kekuasaan raja Mataram waktu itu.

Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dari Brawijaya yang beragama Islam disekitar tahun 1500 bernama Raden Patah dan berkedudukan di Demak, secara terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam (seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Demak. Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi dari rongrongan pemberontakan. Dimasa pemerintahan raja Trenggono, walau berhasil menaklukkan Mataram dan Singasari. Tapi perlawanan perang dan pemberontakan tetap terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat keyakinan Hindu. Sehingga daerah Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi bagian dari Bali yang tetap Hindu. Di tahun 1548, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.

Kematian Trenggono menimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya bernama pangeran Prawoto yang bergelar Sunan Prawoto (1549). Sang adik berjuluk pangeran Seda Lepen terbunuh di tepi sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh anak dari pangeran Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang. Tahta Demak dikuasai Arya Penangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai orang, sehingga timbul pemberontakan dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi ketika adipati Japara yang mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari adipati japara berjuluk Ratu Kalinyamat bersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam bentuk gerakan melawan Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu bernama Hadiwijoyo berjuluk Jaka Tingkir, yaitu putra dari Kebokenongo sekaligus menantu Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan sang raja. Jaka Tingkir, yang berkuasa di Pajang Boyolali, dalam peperangan berhasil membunuh Arya Penangsang. Dan oleh karena itu ia memindahkan Karaton Demak ke Pajang dan ia menjadi raja pertama di Pajang. Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

KEISTIMEWAAN MASJID AGUNG DEMAK


Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Patah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah. Dan ada satu keistimewahan satu buah tiang yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreatifitas masyarakat pada saat itu.

Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.

Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.

LETAK DAN STRUKTUR BANGUNAN MASJID AGUNG DEMAK

Masjid Agung Demaki terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.Setelah masuknya pengaruh kebudayaan islam ke wilayah nusantara, banyak bermunculan kerajaan islam di wilayah nusantara. Begitu juga di pulau jawa banyak kerajaan–kerajaan islam seperti demak, banten, majapahit, dll. Salah satu kerajaan islam tertua di jawa adalah kerajaan demakyang berada di Demak , Jawa Tengah. Kerajaan demak berdiri pada tahun 1475 di dirikan oleh raden patah . kerajaan demak meninggalkan beberapa peninggalan bersejarah yang masih dapat kita lihat sampai sekarang terutama adalah Masjid Agung Demak.

Sejarah Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, yang berdiri pada tahun 1477 dan di bangun oleh Wali Sembilan atau Wali Songo secara bersama–sama yang mitosnya di bangun hanya pada satu malam. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.

Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.

SEJARAH MASJID DEMAK

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479. Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.

Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan Mataram berdiri, pemberontakan pun juga mewarnai perjalanan sejarah kekuasaan raja Mataram waktu itu.

Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dari Brawijaya yang beragama Islam disekitar tahun 1500 bernama Raden Patah dan berkedudukan di Demak, secara terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam (seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Demak. Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi dari rongrongan pemberontakan. Dimasa pemerintahan raja Trenggono, walau berhasil menaklukkan Mataram dan Singasari. Tapi perlawanan perang dan pemberontakan tetap terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat keyakinan Hindu. Sehingga daerah Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi bagian dari Bali yang tetap Hindu. Di tahun 1548, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.

Kematian Trenggono menimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya bernama pangeran Prawoto yang bergelar Sunan Prawoto (1549). Sang adik berjuluk pangeran Seda Lepen terbunuh di tepi sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh anak dari pangeran Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang. Tahta Demak dikuasai Arya Penangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai orang, sehingga timbul pemberontakan dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi ketika adipati Japara yang mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari adipati japara berjuluk Ratu Kalinyamat bersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam bentuk gerakan melawan Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu bernama Hadiwijoyo berjuluk Jaka Tingkir, yaitu putra dari Kebokenongo sekaligus menantu Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan sang raja. Jaka Tingkir, yang berkuasa di Pajang Boyolali, dalam peperangan berhasil membunuh Arya Penangsang. Dan oleh karena itu ia memindahkan Karaton Demak ke Pajang dan ia menjadi raja pertama di Pajang. Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

KEISTIMEWAAN MASJID AGUNG DEMAK


Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Patah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah. Dan ada satu keistimewahan satu buah tiang yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreatifitas masyarakat pada saat itu.

Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.

Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.

LETAK DAN STRUKTUR BANGUNAN MASJID AGUNG DEMAK

Masjid Agung Demaki terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.Setelah masuknya pengaruh kebudayaan islam ke wilayah nusantara, banyak bermunculan kerajaan islam di wilayah nusantara. Begitu juga di pulau jawa banyak kerajaan–kerajaan islam seperti demak, banten, majapahit, dll. Salah satu kerajaan islam tertua di jawa adalah kerajaan demakyang berada di Demak , Jawa Tengah. Kerajaan demak berdiri pada tahun 1475 di dirikan oleh raden patah . kerajaan demak meninggalkan beberapa peninggalan bersejarah yang masih dapat kita lihat sampai sekarang terutama adalah Masjid Agung Demak.

Sejarah Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Pulau Jawa, yang berdiri pada tahun 1477 dan di bangun oleh Wali Sembilan atau Wali Songo secara bersama–sama yang mitosnya di bangun hanya pada satu malam. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak.

Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah.

SEJARAH MASJID DEMAK

Menurut legenda, masjid ini didirikan oleh Wali Songo secara bersama-sama dalam tempo satu malam. Babad Demak menunjukkan bahwa masjid ini didirikan pada tahun Saka 1399 (1477) yang ditandai oleh candrasengkala “Lawang Trus Gunaningjanmi”, sedang pada gambar bulus yang berada di mihrab masjid ini terdapat lambang tahun Saka 1401 yang menunjukkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1479. Bangunan yang terbuat dari kayu jati ini berukuran 31 m x 31 m dengan bagian serambi berukuran 31 m x 15 m. Atap tengahnya ditopang oleh empat buah tiang kayu raksasa (saka guru), yang dibuat oleh empat wali di antara Wali Songo. Saka sebelah tenggara adalah buatan Sunan Ampel, sebelah barat daya buatan Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut buatan Sunan Bonang, sedang sebelah timur laut yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal), merupakan sumbangan dari Sunan Kalijaga. Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor), sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520.

Dalam proses pembangunannya, Sunan Kalijaga memegang peranan yang amat penting. Wali inilah yang berjasa membetulkan arah kiblat. Menurut riwayat, Sunan Kalijaga juga memperoleh wasiat antakusuma, yaitu sebuah bungkusan yang konon berisi baju “hadiah” dari Nabi Muhammad SAW, yang jatuh dari langit di hadapan para wali yang sedang bermusyawarah di dalam masjid itu.

Memasuki pertengahan abad XVII, ketika kerajaan Mataram berdiri, pemberontakan pun juga mewarnai perjalanan sejarah kekuasaan raja Mataram waktu itu.

Sejarah yang sama juga melanda kerajaan Demak. Kekuasaan baru yang berasal dari masuknya agama Islam ke tanah Jawa. Seorang Bupati putra dari Brawijaya yang beragama Islam disekitar tahun 1500 bernama Raden Patah dan berkedudukan di Demak, secara terbuka memutuskan ikatan dari Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi, dan atas bantuan daerah-daerah lain yang telah Islam (seperti Gresik, Tuban dan Jepara), ia mendirikan kerajaan Islam yang berpusat di Demak. Namun keberadaan kerajaan Demak tak pernah sepi dari rongrongan pemberontakan. Dimasa pemerintahan raja Trenggono, walau berhasil menaklukkan Mataram dan Singasari. Tapi perlawanan perang dan pemberontakan tetap terjadi di beberapa daerah yang memiliki basis kuat keyakinan Hindu. Sehingga daerah Pasuruan serta Panarukan dapat bertahan dan Blambangan tetap menjadi bagian dari Bali yang tetap Hindu. Di tahun 1548, raja Trenggono wafat akibat perang dengan Pasuruan.

Kematian Trenggono menimbulkan perebutan kekuasaan antara adiknya dan putranya bernama pangeran Prawoto yang bergelar Sunan Prawoto (1549). Sang adik berjuluk pangeran Seda Lepen terbunuh di tepi sungai dan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh anak dari pangeran Seda Lepen yang bernama Arya Panangsang. Tahta Demak dikuasai Arya Penangsang yang terkenal kejam dan tidak disukai orang, sehingga timbul pemberontakan dan kekacauan yang datangnya dari kadipaten-kadipaten. Apalagi ketika adipati Japara yang mempunyai pengaruh besar dibunuh pula, yang mengakibatkan si adik dari adipati japara berjuluk Ratu Kalinyamat bersama adipati-adipati lainnya melakukan pemberontakan dalam bentuk gerakan melawan Arya Panangsang. Salah satu dari adipati yang memberontak itu bernama Hadiwijoyo berjuluk Jaka Tingkir, yaitu putra dari Kebokenongo sekaligus menantu Trenggono yang masih ada hubungan darah dengan sang raja. Jaka Tingkir, yang berkuasa di Pajang Boyolali, dalam peperangan berhasil membunuh Arya Penangsang. Dan oleh karena itu ia memindahkan Karaton Demak ke Pajang dan ia menjadi raja pertama di Pajang. Dengan demikian, habislah riwayat kerajaan Islam Demak.

KEISTIMEWAAN MASJID AGUNG DEMAK


Masjid Agung Demak merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki nilai historis yang sangat penting bagi perkembangan Islam di tanah air, tepatnya pada masa Kesultanan Demak Bintoro. Banyak masyarakat memercayai masjid ini sebagai tempat berkumpulnya para wali penyebar agama Islam, yang lebih dikenal dengan sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Para wali ini sering berkumpul untuk beribadah, berdiskusi tentang penyebaran agama Islam, dan mengajarkan ilmu-ilmu Islam kepada penduduk sekitar. Oleh karenanya, masjid ini bisa dianggap sebagai monumen hidup penyebaran Islam di Indonesia dan bukti kemegahan Kesultanan Demak Bintoro.

Masjid Agung Demak didirikan dalam tiga tahap. Tahap pembangunan pertama adalah pada tahun 1466. Ketika itu masjid ini masih berupa bangunan Pondok Pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel. Pada tahun 1477, masjid ini dibangun kembali sebagai masjid Kadipaten Glagahwangi Demak. Pada tahun 1478, ketika Raden Patah diangkat sebagai Sultan I Demak, masjid ini direnovasi dengan penambahan tiga trap. Raden Fatah bersama Walisongo memimpin proses pembangunan masjid ini dengan dibantu masyarakat sekitar. Para wali saling membagi tugasnya masing-masing. Secara umum, para wali menggarap soko guru yang menjadi tiang utama penyangga masjid. Namun, ada empat wali yang secara khusus memimpin pembuatan soko guru lainnya, yaitu: Sunan Bonang memimpin membuat soko guru di bagian barat laut; Sunan Kalijaga membuat soko guru di bagian timur laut; Sunan Ampel membuat soko guru di bagian tenggara; dan Sunan Gunungjati membuat soko guru di sebelah barat daya.

Luas keseluruhan bangunan utama Masjid Agung Demak adalah 31 x 31 m2. Di samping bangunan utama, juga terdapat serambi masjid yang berukuran 31 x 15 m dengan panjang keliling 35 x 2,35 m; bedug dengan ukuran 3,5 x 2,5 m; dan tatak rambat dengan ukuran 25 x 3 m. Serambi masjid berbentuk bangunan yang terbuka. Bangunan masjid ditopang dengan 128 soko, yang empat di antaranya merupakan soko guru sebagai penyangga utamanya. Tiang penyangga bangunan masjid berjumlah 50 buah, tiang penyangga serambi berjumlah 28 buah, dan tiang kelilingnya berjumlah 16 buah.

Masjid ini memiliki keistimewaan berupa arsitektur khas ala Nusantara. Masjid ini menggunakan atap limas bersusun tiga yang berbentuk segitiga sama kaki. Atap limas ini berbeda dengan umumnya atap masjid di Timur Tengah yang lebih terbiasa dengan bentuk kubah. Ternyata model atap limas bersusun tiga ini mempunyai makna, yaitu bahwa seorang beriman perlu menapaki tiga tingkatan penting dalam keberagamaannya: iman, Islam, dan ihsan. Di samping itu, masjid ini memiliki lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian lain, yang memiliki makna rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Masjid ini memiliki enam buah jendela, yang juga memiliki makna rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, dan qadha-qadar-Nya.

Bentuk bangunan masjid banyak menggunakan bahan dari kayu. Dengan bahan ini, pembuatan bentuk bulat dengan lengkung-lengkungan akan lebih mudah. Interior bagian dalam masjid juga menggunakan bahan dari kayu dengan ukir-ukiran yang begitu indah. Dan ada satu keistimewahan satu buah tiang yang tidak terbuat dari satu buah kayu utuh melainkan disusun dari beberapa potong balok yang diikat menjadi satu (saka tatal). Bentuk bangunan masjid yang unik tersebut ternyata hasil kreatifitas masyarakat pada saat itu.

Di samping banyak mengadopsi perkembangan arsitektur lokal ketika itu, kondisi iklim tropis (di antaranya berupa ketersediaan kayu) juga mempengaruhi proses pembangunan masjid. Arsitektur bangunan lokal yang berkembang pada saat itu, seperti joglo, memaksimalkan bentuk limas dengan ragam variasinya.

Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu bentuk satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.

LETAK DAN STRUKTUR BANGUNAN MASJID AGUNG DEMAK

Masjid Agung Demaki terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Lokasi Masjid berada di pusat kota Demak, berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak dan para abdinya. Di sana juga terdapat sebuah museum, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat berdirinya Masjid Agung Demak.

Masjid ini merupakan cikal bakal berdirinya kerajaan Glagahwangi Bintoro Demak. Struktur bangunan masjid mempunyai nilai historis seni bangun arsitektur tradisional khas Indonesia. Wujudnya megah, anggun, indah, karismatik, mempesona dan berwibawa. Kini Masjid Agung Demak difungsikan sebagai tempat peribadatan dan ziarah. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan. Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, bertuliskan “Condro Sengkolo”, yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.